Persiapan perang

Judulnya serem amir yah? wkwkwk… ya mau gimana lagi. Setelah gagal di SPMB Unesa, aku memutuskan untuk terus maju. Aku nggak akan menyerah lagi. Dan tentunya ini dengan persiapan matang. Aku memutuskan mengikuti tes d3 Unair. Yah, semoga saja diterima. Amin…

Di test kali ini aku mengambil jurusan d3 Analis Medis dan d3 Hiperkes. Kuota masing2 jurusan yaitu 50 maba. Ya lumayan ketat persaingannya. Apalagi jaman sekarang uang jadi senjata utama. Jadi agak gemeter kalo denger kata2 uang ato relasi bisa membantu. ckckck…

Moga aja kali ini keberuntungan berpihak padaku… soalnya jaman sekarang susah kalo mau jujur Nyah-Nyah hehehehe… orang jujur pasti banyak kalahnya. Tapi tenang aja kok, orang jujur pasti menang entah itu kapan. Sesuai ama motoku “Inna ma’al ushri yushron” artinya “Setelah kesulitan pasti ada kemudahan”.

Aku pasrahin semuanya sama Allah. Inilah kemampuanku, inilah usahaku, inilah munajatku. Man jadda wa jadda. Itu kata nenek. Makanya aku nggak boleh nyerah. Untungnya pula dapat sedikit trik dari abang yang juga lulusan situ. Soalnya nggak ada nilai minusnya!! Yippey!!! Rolling on the floor laughing

Wah, kalo gitu ini kesempatan buat otak tengahku beraksi Open-mouthed smile. pokoknya nggak ada jawaban yang aku kosongin, bisa atau nggak. Harus keisi semua. Ini kesempatan terbaik pokoknya. Semoga aku bisa ngerjain besoknya. Aminn… Smile

Apa yang harus aku lakukan??

Apa yang harus aku lakukan?? Aku sedih sekali… ini masalah yang rumit. Entah kalian boleh menyalahkan aku kali ini… aku benar2 pusing. Wanita sial itu terus mengejarku. Sebut saja dia F.

Awal kejadiannya, saat aku kenal kekasih F, sebut saja si A. Si A sangat baik dan sopan padaku. Kami berteman biasa. Aku tahu dia punya pacar, dan dia pun tahu aku masih jalan sama S. Kami menjalani hubungan pertemanan kami selayaknya teman biasa. Dia pun sering bercerita tentang F. Dia bercerita bahwa selama ini dia merasa sudah tidak cocok lagi dengan kekasihnya itu.

Aku hanya memberinya nasihat saja agar dia mau membicarakan hal tersebut pada F. Tapi tampaknya dia menyerah terhadap sikap kekasihnya tersebut. Dia sering merasa diacuhkan. Tidak diperhatikan. Yah menurutku itu wajar, apalagi F juga sudah bekerja sebagai SPG salah satu perumahan (di sini aku herannya, dia jauh dari cantik, tapi kenapa laku sebagai SPG??).

Hingga akhirnya suatu hari A memintaku menemaninya jalan2. Dia bilang kalo dia bosan, karena kekasihnya nggak mau diajak keluar dengan alasan ada acara bersama teman kerjanya. Aku yang saat itu juga bosan dirumah setuju saja dengan rencana itu. Dengan motornya yang keren, ia menjemputku. Kami berjalan2 keliling kota hingga akhirnya tiba2 ada yang menegur kami. Suara wanita. Ya ampun!!! Itu F. Badanku panas dingin melihat ekspresi wajah F yang haus darah.

Ia langsung melabrakku sembari menjelek2kan aku. Di tengah keramaian pasar, ia berteriak2 seolah aku merebut suaminya. WTF!!!! Menikah aja belom dah kayak sok2 memiliki. Yang membuatku jengkel adalah kenapa F bersama lelaki lain??? Aku serang balik dia. Eh, sempet2nya ngeles.

Dasarnya emang cewek nyebelin. Aku dah gak kontak2an ama A, dia tetep aja ngejar aku. Brengsek itu orang….

Ujian terberat dan teraneh (eps. 02)

Ujian dimulai. Ujian pertama yaitu TPA atau Tes Kemampuan Akademik. Tes ini mirip2 dengan tes IQ. Jadi logika dan kemampuan berpikir keraslah yang diujikan. Waktu 60 menit untuk 65 soal. Berarti 1 menit digunakan untuk mengerjakan 1 soal. Hmm, untuk soal yang membutuhkan logika tentu saja tidak semua dikerjakan.

Menurut analisa beberapa kawan, tes TPA sesungguhnya tidak untuk dikerjakan semua. Secara logika memang ada benarnya. Soal yang panjang seperti penarikan kesimpulan dan aritmetika tentu membutuhkan waktu yang banyak untuk berpikir. Jadi tidak mungkin kita sanggup menyelesaikan semua (secara benar. hehehe…)

Aku kaget melirik lembar jawaban tetangga. Full. Jawabanku hanya sekitar 60% eh kiri kananku full. Aku lemas. Down. Aku segencar mungkin membaca lafadz2 doa. Berharap aku bisa lolos.

Materi uji pertama terlewati. Selanjutnya  materi TKD alias Tes Kemampuan Dasar. Lagi2 dengan sistem penilaian SNMPTN. Aku harus waspada. Aku cari soal yang sekiranya bisa aku kerjakan. Lumayan, ada beberapa soal yang mudah (walau ternyata banyak yang susah).

Sekali lagi kulirik tetanggaku. Ya ampun! Lagi2 full!!! Bahkan di lembar soalnya masih bersih. Tak ada bekas hitungan. Kalian pasti paham bagaimana pikiranku saat itu. Ada 3 kemungkinan: 1. Dia bisa, 2. Dia tidak bisa tapi nekat, 3. Dia tidak bisa dan mendapat “bantuan”. Yah, cuma Tuhan dan dia yang tahu.

Pukul 10.00 ujian TKD berakhir. Istirahat 15 menit setidaknya mampu mendinginkan otakku yang mulai panas. Walau aku kelaparan, setidaknya aku bisa refresh otakku yang mulai penat. Aku kembali mengajak tetanggaku berbincang-bincang. Terutama tentang tes wawancara untuk esok.

Tes wawancara kali ini tampaknya benar2 menguji mental para calon maba. Bagaimana tidak, panitia PMB tidak memberitahukan bagaimana tata cara mengikuti tes wawancara. Jam dimulainya tes pun pengawas ujian tulis tak tau.

Jam 10.15 waktunya peserta masuk ke ruangan untuk ujian tulis yang terakhir. TBSP yaitu Tes Bidang Studi Pilihan alias tes sesuai bidang studi IPA atau IPS… aku mengambil IPA. Ada 5 bidang studi yang diujikan. Matematika, fisika, biologi, kimia dan IPA terpadu. Waktu yang disediakan hanya 90 menit untuk 75 soal dimulai dari pukul 10.30.

Ujian yang menegangkan. Karena tetanggaku tampak putus asa oleh soalnya. Begitu pula aku. Soalnya begitu rumit dan panjang. Aku hanya pasrah kepada Allah. Yang jelas aku sudah berusaha maksimal dan berharap Allah mengabulkan doaku…

SNMPTN bukanlah akhir dari segalanya

Kawan2, aku pengen sekedar share aja nih… yah, tiap orang pasti kecewa berat begitu tau usahanya tidak membuahkan hasil.Sama seperti aku. Aku yang digadang2 banyak orang mampu menembus ketatnya SNMPTN jalur undangan, ternyata gagal juga…

Mungkin di sini juga ada unsur salahku. Aku tidak menuruti kata nenekku yang memaksa aku masuk jurusan S1 Pendidikan Matematika. Tak banyak kata, aku bersiap menghadapi SNMPTN jalur uji tulis. Lagi2 aku tidak menghiraukan kata nenekku untuk memilih jurusan matematika. Dan lagi2 gagal juga usaha yang membutuhkan energi besar.

Di jalur tertulis aku akui banyak sekali kesalahanku. 1. Tidak siap dengan keadaan alias terlalu santai, 2. Aku mengambil jurusan IPC, dimana aku harus mengahadapi IPS pelajaran yang tidak aku kuasai.

Nasi sudah menjadi bubur. Kegagalan memang menyakitkan. Namun aku tidak menyerah begitu saja. Nenek menawariku masuk PTS. Tapi aku terlanjur trauma dengan kata2 berbau “swasta” dan kalimat seperti “saudara atau relasi bisa membantu”. Jadi aku tolak saja penawaran nenek. Kali ini aku diberi 2 kesempatan. Semoga salah satunya bisa berhasil… aku sangat mengharapkannya…

Ujian terberat dan teraneh (eps. 01)

Hari ini sangat melelahkan. Ketika kau harus ujian di tempat yang kau tak tau dalam keadaan sakit. Pukul 06.00 pagi aku sudah sampai di tempat. Namun aku yang tak tahu gedung tempatku ujian harus mencari kurang lebih 20 menit. Aku yang tak kehabisan akal, menemukan peta gedung di kampus tersebut. Beruntung sekali aku sampai tak lebih 10 menit.

Sesampainya di ruang, aku kaget karena tak seketat yang kubayangkan. Peserta diijinkan masuk bahkan sebelum ujian dimulai. Aku yang tidak enak badan terduduk lemas di bangkuku. Aku heran, setiap kali ujian aku tidak pernah kebagian kursi di depan. Yah, inilah jalan yang diatur Tuhan untukku.

Aku yang lemas semakin lemas mengingat aku lupa membawa papan alas. Lagi2 Tuhan memberikan cahaya untuk otakku. Aku yang membawa map ijazah berinisiatif menjadikan map tersebut sebagai papan alasku. Kulihat sekeliling ruanganku, ah mereka semua belajar. Tidak seperti aku yang menahan sakit sembari jariku mengetik hape membalas sms penyemangat.

Ku ucapkan lafadz2 doa agar sakitku reda. Untung tadi pagi aku mendengarkan mp3 surat Yaasin dari laptop. Hatiku agak tenang walau perutku bergejolak. Aku berdebar2.. hingga akhirnya kulihat sesosok lelaki yang kukenal. Ya ampun, mirip dengan dia!! Begitu dekat da semakin dekat, hingga ia duduk di bangkunya. Ia di depanku. Perutku makin tak terkendali.

Datang lagi seorang gadis yang tampaknya pendiam sekali. Ia kusapa dan kuajak berbicara sedikit. Tiba2 kotak pensilnya terjatuh. Dan terjadilah insiden itu….. ia berusaha mengambil kotaknya tanpa berdiri dari bangkunya dan akhirnya, ia terjatuh. Suara gaduh itu begitu menarik perhatian kawan2 sekelas. Semua tertawa. Aih, kasihan sekali batinku. Kubantu ia berdiri. Walau aku sesungguhnya ingin tertawa juga.

Jam 07.00 tepat. Harusnya pengawas sudah masuk ruangan… namun di ruanganku agaknya beliau2 telat. Semakin pucat diriku. Tapi aku masih mengucapkan lafadz2 doa. Tak lama kemudian pengawas pun datang. Pukul 08.00 ujian dimulai…

(Bersambung ke  episode kedua)

Kesepian makin menjerat

Liburan mungkin waktu yang tepat untuk berekspresi. Tapi liburan kali ini serasa menjadi neraka bagiku…Ketika nenek, kakek, abang sibuk dengan aktivitasnya, aku hanya bersama teman kecilku, BONEKA dan LAPTOP.

Jujur saja, aku merasa kalau dua benda mati ini mengajariku hidup. Hidup adalah pertarungan. Siapa yang lemah, ia yang kalah dan jatuh. Itu yang kuyakini selama ini. Mungkin inilah yang membuat aku mati2an tidak menyerah pada musuh abadiku: KESEPIAN.

Kata pepatah, manusia kesepian karena ia membangun “tembok” dimana seharusnya “jembatan” berada. Tapi ini tidak berlaku untukku. Aku berusaha membuat “jembatan2” itu, namun “tembok” besar di seberang berdiri amat kokohnya. Dan akupun terjerat dengan apa yang dinamakan Kesepian.

Tapi aku yakin, satu teman abadiku dan kekasih hatiku, yaitu Tuhanku…

Ketika ibumu lupa hari ulang tahunmu…

Apa yang akan kalian lakukan? Cermati baik2… ia ibumu, yang melahirkan kamu… dan ia lupa tanggal dimana ia mempertaruhkan nyawanya untukmu. Bagaimana perasaan kalian?

Itulah yg terjadi padaku. 9 Juli. Tampaknya ibu benar2 lupa padaku.tulah pikiran awalku. Ulang tahunku kali ini benar2 ulang tahun paling buruk sepanjang masa. Setelah tidak mengucapkannya pada ulang tahun Sweet Seventeenku, ibu mengulanginya lagi kini. Oke, mungkin karena aku tak tinggal serumah dengan ibu, jadi ibu tak punya banyak waktu mengingatku… Kukatakan terburuk karena: 1. Ibu tak mengucapkannya, 2. Aku putus, 3. Aku belum menghadapi tes masuk kuliah.

Tak apalah, yang penting aku akan ingat siapa ibuku… Tapi ini menyakitkanku. Terkadang ibu tidak terbuka padaku. Apa yang beliau tidak suka, beliau selalu menutupinya. Aku jadi tampak bersalah. Ah, sudahlah. Untuk masalah satu ini aku tak perlu menceritakannya lebih jauh. Aku masih belum ingin kamarku digenangi air mataku sendiri setidaknya…

Bela aja anakmu ampe mati…

Huft.. dear friends…

Soro mori stroberi ea, kali ne aku mau curhat ma kalian. Yah, sori kalo ada kata2 kasar kali ini. Coz aku sendiri dah gak tahan sama ini semua. OK, aku mulai eaa…

Aku tuh sebel banget tau gak ama nenekku. Ok, fine aku tinggal ma mereka dari kecil and mereka yang bayarin sekolah aku. Tapi kan gak segitunya mereka ngelarang and ngatur aku. Aku juga punya jalan hidup aku sendiri. Aku nakal kan yang ngerasa aku juga. Nggak ngefek tuh ma mereka.

Mereka aja gak pernah dengerin aku curhat. Yang ada aku dikomentarin tanpa mau denger penjelasanku. Aku kan bete. Rasanya salah mulu gak pernah bener. Seolah-olah kebenaran itu milik mereka aja. Aku kan capek juga. huftttt.. Sad smile

Keluar malam gak bole, padahal jelas2 nih kegiatan positif. Masih inget aku pas masih SMP aku ikut salah satu ekskul n pulang maghrib. Eh malah dikunci di luar gak boleh masuk rumah. Terjadi lagi hal serupa. Yang jelas gak kehitung. Kadang alasan mereka buat nyalahin aku juga gak masuk akal. Pernah mereka nuduh aku cabut ke bioskop jam 9 pagi. Hello???? huhhhh…

Tuhan, lindungi saya dari amarah yang membakar ini….

Renungan di Kamarku

Judulnya emang sengaja aku buat simpel. Biar kesannya nggak lebay2 amat. Isinya juga mengenai kehidupan sosial di sekitar kita, terutama anak2 yatim-piatu.Smile

Sebagai anak yatim, aku kadang merasa “lebih” dibanding teman2 yang lain. Kata “lebih” tersebut banyak artinya kok. Di tulisan ini, aku mau ulas satu2.. So, check this out…Open-mouthed smile

Yang pertama “Lebih Kesepian”. Jujur sebagai anak yatim, aku kesepian banget. Walau ada mama, tapi aku jauh dari mama sejak umur 2 tahun. Jadi ya jarang ketemu ama beliau. Kalau udah kayak gini, bawaannya bingung terus. Kalo’ ada masalah nggak tahu harus cerita ama siapa. Kalo’ lagi gembira juga nggak tahu harus berbagi ama siapa.

Yang kedua “Lebih Iri”. Ini nih perasaanku yang paling nggak banget. Aku iri banget liat teman2ku masih digandeng ortunya pas ngambil rapot (walau akhirnya ada sebagian juga yang diomelin.. piss..). Aku iri banget ngelihat foto mereka ama ortu mereka di facebook. Dan aku iri banget nggak bisa nyium tangan mereka tiap hari (padahal aku nggak tahu sampai kapan aku dikasih kesempatan hidup ama Allah)..

Yang ketiga “Lebih Kaya”. Eits, konotasinya jangan yang negatif2 lhoo..Angel Maksudnya lebih kaya, masih sering dibantu ama orang atau saudara. Alhamdulillah ya, aku masih ada yang nyekolahin. Tapi di sinilah letak sedihnya. Ketika aku di bantu orang karena titel “anak yatim”-ku, otomatis ada beban tersendiri di pundakku. Mau nggak mau, aku harus buat mereka bahagia and nggak kecewa. Soalnya aku nggak tahu gimana cara balas bantuan mereka. Cuma bisa ngedoain aja…

Dan, yang terakhir “Lebih Direndahkan”. Heran juga ya, jaman sekarang masih ada juga orang yang ngerendahin anak yatim. Yang katanya sok melas-lah, cuman pengen sumbanganlah, kurang pendidikan lah… Padahal, Rasulullah pernah bersabda kalo’ orang yang sayang ama anak2 yatim piatu, bakal berdampingan di surga ma beliau kayak jari telunjuk and jari tengah. Tapi aku heran, masih ada juga makhluk macem Dajjal gitu Devil. Na’udzubillah…

Moga kawan2ku yang membaca renungan ini makin dikuatkan imannya ya sama Allah.Thumbs up And jangan lupa, tingkatin jiwa sosialnya, bukan untuk ajang pamer, tapi ikhlas lillahi ta’ala…

Kakek Tua

Hari ini seperti biasa, aku ketemu lagi ma si kakek tua penjual es Wawan. Seperti biasa, beliau mendorong gerobaknyaa di jalan kembar. Beliau berhenti di tepi jalan sembari mengatur nafasnya yang mulai tersendat-sendat. Aku maklum sekaligus maklum. Pertama kali aku berjumpa dengan beliau, aku masih kelas 8 SMP. Waktu itu saja keadaan beliau sudah memprihatinkan. Aku tau hal itu dari temanku yang rumahnya dekat dengan rumah beliau. Temanku bercerita bahwa si kakek tua tersebut hidup sebatang kara.

Dari sinilah keherananku muncul. Di usia sesenja itu, beliau masih kuat mencari nafkah untuk hidupnya. Bayangkan saja, beliau harus menempuh jarak mulai dari Karah hingga Menanggal dan melewati Gayungan serta Ketintang hanya dengan berjalan kaki!! Luar biasa bukan?? Aku mulai berpikir, apa ya yang kira-kira memacu semangat si kakek untuk terus bekerja? Mengapa si kakek nggak mau hidup di panti jompo aja??

Aku yang lagi mikir ini merenung, kadang banyak kawan-kawan seusiaku lebih suka buang-buang waktu, uang dan tenaga untuk hal-hal yang tidak penting. Kadang kawan-kawan seusiaku gengsi dan malas untuk memenuhi hidupnya masing-masing. Tak sedikit dari kita bahkan memperlakukan ortu kita bagai budak penghasil uang yang bisa di manfaatkan tiap waktu. SADIS…

Dan yang lebih heboh lagi, banyak kawan kita yang lebih suka mencari nafkah dari sumber-sumber yang haram. Dengan bangganya mereka melakoni pekerjaan syaitan nir rajim tersebut. Na’udzubillah… Kenapa hanya sedikit dari kita yang memiliki semangat juang layaknya si kakek tua penjual es tersebut?? Inilah saat bagi kita untuk merenungkan hal tersebut masing-masing.